Berita Pilihan

Selasa, 15 Sep 2020, 16:03:42 WIB - 174 |

Painan – Dr. dr. Andani Eka Putra, MSc, Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas melakukan rapat bersama Pemkab Kab. Pesisir Selatan melalui via zoom meeting pada senin, (14/09). Rapat tersebut dihadiri oleh Sekretaris Daerah, Ir. Erizon, M.T, dr.Ricky Awal, Sp.P, Direktur RSUD M. Zein dr. Sutarman, OPD terkait, dan tenaga kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas. Andani menjelaskan untuk kasus pandemi ini yang dihitung sebenarnya adalah angka positifitas, bukan jumlah kasus yang ditemukan. “ Kenapa tidak kasus? Karena angka dari kasus tersebut tidak menggambarkan apa-apa. Dia sangat bergantung dari berapa jumlah testing yang dilakukan.” Jelasnya. Lanjutnya lagi, prinsip dasar dari etimologi adalah mencari orang-orang yang berpotensi menular. Untuk memutus mata rantai covid19, adalah mencari orang yang bergejala dan yang tidak bergejala. Jika didiamkan terus menerus, demi angka positif yang terus menurun dan status zona, baik zona hijau, oren, kuning ataupun merah, akan ada masyarakat yang meninggal tanpa kita ketahui bahwa meninggal karena positif covid19, apalagi tenaga kesehatan yang bekerja di garda terdepan. “ jadi jangan jadikan patokan jumlah kasus yang ditemukan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Jangan takut. Semakin banyak jumlah yang kita temukan. Semakin kecil kemungkinan orang tersebut menularkan kepada oranglain. Ingat, perbandingan yang sebenarnya adalah jumlah kasus positif dibanding jumlah spesimen yang diterima. Kalau jumlah spesimennya banyak, jadi wajar saja yang ditemukan juga banyak.” Jelas Dokter jebolan Universitas Andalas tersebut. Terkait masalah sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan, Andani berharap sanksi yang dikeluarkan adalah sanksi dari nagari, dan sanksi itu berguna untuk masyarakat itu sendiri. Misalnya membeli masker lalu dia pakai dan bagikan kepada oranglain, sak semen, sehingga dapat dibangun ruangan isolasi. Sebagai dokter yang bekerja dan ahli dibidang dianostik penyakit infeksi, Andani menjelaskan dan menegaskan bahwa virus corona bukan ditularkan melalui kulit, tapi melalui cairan droplet atau cairan dari hidung dan mulut. “Corona dapat menular ketika virus tersebut terhirup. Makanya kita disuruh memakai masker. Dia juga bisa hinggap di telapak tangan karena kita sering memegang hidung atau menutup hidung dan mulut saat bersin atau memegang benda-benda yang menjadi sarang virus, makanya kita disuruh sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Lalu yang ketiga, virus tersebut juga bisa menular lewat makanan yang dimakan karena bisa menjadi reseptor, makanya ada salah satu pasien yang positif dengan gejalanya berupa diare.” Jelasnya. Namun kabar baiknya, Andani meminta masyarakat untuk tidak usah terlalu takut, dan mengatakan bahwa orang-orang yang sembuh dari Covid19 adalah orang-orang yang kuat. Imunnya akan kebal dari covid, dan tidak perlu lagi dilakukan vaksinasi nantinya. Vaksinasi yang bagus adalah virus itu sendiri, protein dari virus hidup yang dijinakkan. Sementara untuk kasus penderita yang positif, tubuhnya melawan virus jahat dan akhirnya dia sembuh dan imun tubuhnya berhasil melawan virus tersebut, maka ia dianggap kuat dan beruntung. Apakah ada kemungkinan positif lagi? Tentu saja ada. Tapi kemungkinannya 1 : 10.000. Terakhir, Andani berharap agar bersama-sama, antara pemerintah, masyarakat, nagari dan para akademisi perguruan tinggi saling bersinergi dalam merawan perang Covid19. Tidak usah cemas apalagi panik, tapi tetap berpikir dengan jernih dan dengan strategi yang jelas.

---